RSS

PERILAKU KONSUMEN (MINGGU 11) – KELAS SOSIAL DAN KELOMPOK STATUS




I. PERBEDAAN ANTARA KELAS SOSIAL DENGAN STATUS SOSIAL



KELAS SOSIAL


Istilah kelas seperti yang telah terjadi dalam  bidang sosiologi tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Dengan demikian, pengertian kelas adalah suatu lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan, atau dasar lainnya. Adapun yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur ekonomi, sedangkan lapisan yang berdasarkan atau kehormatan dinamakan kedudukan.



Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan ) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki kedudukan social yang kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.


Kelas sosial didefinisikan pula sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada mereka. Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”.



Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari kelas sosial. Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor gaya hidup tertentu ( kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama ) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya.



Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan memajukan diri.



STATUS SOSIAL

status sosial adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau kelompok masyarakat berkaitan dengan hak dan kewajibannya. Adapun menurut Ralph Linton adalah  sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Jadi orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.



Masyarakat pada umumnya membedakan status sosial menjadi 3 macam :

        1. Ascribed Status

Kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan ialah bangsawan pula.

        2. Achieved Status

Kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya setiap orang bisa menjadi seorang hakim atau tentara, semua itu tergantung apakah yang bersangkutan mampu menjalani syarat-syarat tersebut atau tidak.

        3. Assigned Status

Lebih ditekankan kepada orang yang berjasa yang diberi kedudukan yang tinggi. Kedudukan seseorang atau kedudukan yang melekat padanya dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu dalam sosiologi yang dinamakan prestise simbol (status simbol). Ciri-ciri yang dianggap sebagai status simbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal cara dan corak mengisi rumah kediaman dan seterusnya.



II.      SOCIAL MOBILITY DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP MARKET



Mobilitas adalah suatu gerak dalam struktur sosial,yaitu  pola tertentu yang mengatur suatu organisasi suatu kelompok sosial. Tipe gerak sosial ada 2, yaitu;

     

      Ø  Gerak sosial vertikal

Gerak sosial vertikal adalah suatu perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya,gerak sosial vertikal ada 2macam,yaitu;


       A. Gerak sosial vertikal naik

Terdapat dua bentuk utama,yaitu;

   · Masuknya individu ang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi

    · Pembentukan suatu kelompok baru,yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi


       B. Gerak sosial vertikal turun

Terdapat dua bentu utama,yaitu;

      · Turunnya keddudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya

    · Turunnya derajat kelompok individu yang dapat berupa disentegrasi kelompok sebagai kesatuan



        Ø  Gerak Sosial Horizontal

Gerak sosial horizontal ialah suatu perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang sederajat.



III. KLASIFIKASI GEODEMOGRAFI DAN MANFAATNYA BAGI PEMASAR 


Di Indonesia merupakan Negara yang memiliki jumlah penduduk yang lebih padat (±235.000.000 menurut sensus penduduk tahun 2010) dimna sebagian besar penduduknya  (65%) mendiami pulau jawa dan Madura yang memerlukan banyak barang-barang yang harus dapat dipenuhi oleh pemasaran. Tetapi di sampan g kenyataan ini para pemasar juaga perlu memahami bahwa Indonesia tersekmentasi dalam berbagai kelas-kelas dan status social, dimana para pemasar harus terlebih dahulu melakukan pemangsaan pasar sebelum terjun kepasar. Geodemografi merupakan sebuah kombinasi dari karakteristik demografis dan gaya hidup konsumen dalam kelompok (cluster) geografis

Penetapan Sasaran Berdasarkan Geodemografis

Dasar pemikiran yang menjadi landasan geodemographic targeting adalah bahwa orang-orang yang menetap di daerah atau area yang sama, misalnya bertetangga atau dalam satu kawasan kode area, juga memiliki persamaan dalam demografi dan gaya hidup. Sehingga, dengan mengetahui di mana orang-orang menetap dapat diperoleh informasi mengenai marketplace behavior mereka secara umum. atau bisa juga diartikan Segmentasi geodemografi, merupakan gabungan dari segmentasi geografi dengan demografi. Konsep ini menyatakan bahwa mereka yang menempati geografis yang sama cenderung memiliki karakter-karakter demografis yang sama.


IV. DINAMIKA KELAS SOSIAL

Kelas sosial-sebuah hierarki status dimana kelompok-kelompok dan individu yang diklasifikasikan atas dasar penghargaan dan prestige.- American Marketing Association

Sebuah kelas sosial adalah sekelompok orang yang anggota lain dari masyarakat melihat sebagai sama dengan satu sama lain dalam prestise sosial dan siapa yang lain percaya untuk menjadi superior atau inferior dalam prestise untuk kelompok lain yang merupakan kelas sosial bawah mereka atau di atas mereka – Warner


KLASIFIKASI KELAS SOSIAL BERDASARKAN STATUS EKONOMI :

        1)  KELAS ATAS : Terdiri dari kelompok orang-orang kaya  yang dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan secara berlebihan.

        2)  KELAS MENENGAH : Terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan, yang sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer).

        3) KELAS BAWAH : Terdiri dari kelompok orang-orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer).



      KARL MARX JUGA MEMBAGI MASYARAKAT MENJADI 3 KELAS (GOLONGAN), YAITU:

     1) Golongan Kapitalis (Borjuis) : Merupakan golongan yang terdiri para penguasa tanah &  alat produksi.

      2)  Golongan Menengah : Merupakan golongan yang terdiri dari para pegawai pemerintah. Golongan menengah cenderung dimasukkan ke dalam golongan kapitalis, karena dalam kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis.

      3) Golongan Proletar : Merupakan golongan yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk kaum buruh dan pekerja pabrik.



FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENENTUAN KELAS SOSIAL :



Menurut Engel, Blackwell dan miniard (1995) mengemukakan pendapat Gilbert dan Kahl yang menyebutkan bahwa ada sembilan variabel yang menentukan status atau kelas sosial seseorang, kesembilan variabel tersebut digolongkan ke dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut :



1)      Variabel Ekonomi

        a.       Status Pekerjaan

        b.      Pendapatan

        c.       Harta benda

        2)      Variabel Interaksi

        a.       Prestis individu

        b.      Asosiasi

        c.       Sosialisasi

        3)      Variabel Politik

        a.       Kekuasaan

        b.      Kesadaran Kelas

        c.       Mobilitas



V. PENGENALAN KEBUTUHAN DAN KRITERIA EVALUASI



Kriteria evaluasi, salah satu aktivitas dalam proses pengambilan keputusan konsumen, memegang peranan penting dalam memprediksi perilaku pembelian konsumen. Saat konsumen melakukan aktivitas ini, mereka sedang mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada satu produk dan menilai atribut mana yang lebih penting untuknya yang ia gunakan sebagai dasar keputusan memilih produk (Kotler, 2005).



Kriteria evaluasi berisi dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya dalam membeli mobil seorang konsumen mungkin mempertimbangkan criteria, keselamatan, kenyamana, harga, merek, negara asal (country of origin) dan juga spek hedonik seperti gengsi, kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya. Beberapa criteria eveluasi yang umum adalah:



1. Harga

Harga menentukan pemilihan alternatif. Konsumen cenderung akan memiliha harga yang murahuntuk suatu produk yang ia tahu spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga merupakan indicator kualitas. Oleh karena itu strategi harga hendaknya disesuaikan dengan karakteristik produk.


2. Nama Merek

Merek terbukti menjadi determinan penting dalam pembelian obat. Nampaknya merek merupakan penganti dari mutu dan spesifikasi produk. Ketika konsumen sulit menilai criteria kualitas produk, kepercayaan pada merek lama yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam pembelian.


3. Negara asal

Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi pertimbangan penting dikalangan konsumen. negara asal sering mencitrakan kualitas produk. Konsumen mungkin sudah tidak meraguakan lagi kualitas produk elektronik dari Jepan. Sementara, untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan Swiss meruapak produk yang handal tak teragukan.


4. Saliensi kriteria evaluasi

Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa criteria evluasi kerap berbeda pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa harga adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk produk yang lain. Atribut yang mencook (salient) yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut sebagai atribut determinan.



VI. PROSES PENCARIAAN



Jumlah dan jenis pencarian yang dijalankan oleh individu bervariasi menurut kelas sosial terendah, mempunyai sumber informasi terbatas, dan mereka kurang beruntung dalam menyaring kesalahan informasi dan kecurangan didalam masyarakat urban yang kompleks. Untuk mengimbanginya, konsumen kelas pekerja kerap mengandalakn kerabat atau teman dekat untuk informasi mengenai kepuasan konsumsi. Konsumen kelas menengah lebih percaya pada informasi yang diperoleh dari media dan secara aktif terlibat dalam pencarian exsternal dari media tersebut. Semakin tinggi tingkat sosial, semakin besar akses kedalam informasi media.



VII. PROSES PEMBELIAN



Dalam proses pembelian, konsumen akan melalui sebuah proses, yaitu :

1)    Menganalisa keinginan dan kebutuhan

2)    Menilai beberapa sumber

3)    Menetapkan tujuan pembelian

4)    Mengidentifikasi alternative pembelian

5)    Mengambil keputusan untuk membeli

6)    Perilaku sesudah pembelian



Berikut adalah tahapan-tahapan pembelian sebagai berikut :

1.Tahap pertama adalah Kesadaran akan kebutuhan suatu dan ketersediaannya. Seorang konsumen harus tahu bahwa ada kebutuhan atau ada kesempatan yang dapat dilakukan bila dia membeli barang tertentu dan barang tertentu tersebut tersedia di pasar.

2.Tahap kedua, seorang Konsumen akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang produk yang akan dibelinya. Konsumen akan mencari informasi suatu produk tentang fitur-fiturnya, harganya, penjualannya, dan juga jaminan dari perusahaan.

3.Tahap ketiga, maka seorang Konsumen akan merasa suka dan butuh terhadap produk itu secara umum.

4.Tahap keempat adalah preferensi. “Kenapa saya harus membeli produk merk A, bukan merk B. Kenapa saya harus membeli tipe yang seharga ini bukan seharga itu.” Ini adalah preferensi. Konsumen akan mencocokkan produknya disesuaikan dengan kesukaannya, seleranya, budgetnya dan lainnya. Di tahapan ini konsumen sudah mulai mengerucutkan pada apa yang lebih disukai dibandingkan yang lain.

5.Tahap kelima adalah membuat keyakinan atau konfirmasi. Setelah konsumen mengerucutkan pada beberapa pilihan, dia akan tambah mantap setelah mendengar penjelasan yang baik dari penjual /salesman dan memutuskan untuk membeli.

6.Tahapan keenam akhirnya konsumen tersebut akan merasa puas atas hasil pembelian yang telah dilakukannya, dan setiap konsumen akan berbeda.





VIII. METODE PENELITIAN PEMASARAN UNTUK MENGUKUR KELAS SOSIAL



Para peneliti pemasaran mengukur kelas sosial sebagai variabel bebas untuk menentukan hubungannya dengan variabel terikat yaitu minat akan sesuatu.Metode objektif memberikan status berdasarkan responden yang memiliki semacam nilai dari variabel yang distratifikasikan.Variabel yang sering di gunakan yaitu pekerjaan pendapatan, pendidikan ukuran dan jenis tempat tinggal, pemilikan barang.


Nilai-nilai yang di tetapkan dalam satu dari dua cara.Satu metode menggunakan survei terhadap orang yang diminta untuk meningkatkan prestise orang-orang dalam berbagai pekerjaan.Metode yang kedua yaitu menggunakan ukuran objektif seperti peningkatan pendidikan rata-rata atau pendapatan kelompok pekerjaan.



IX. PEMASARAN UNTUK PANGSA KELAS SOSIAL



Prosedur untuk pangsa pasar mencakupi langkah-langkah berikut:

1.  Identifikasi pemakaian kelas social dari produk.

2.  Perbandingan variable kelas social untuk pemangsaan dangan variable lain (pendapatan,  siklus hidup, dsb)

3.  Deskripsi karakteristik kelas social yang diidentifikasi di dalam target pasar.

4.  Perkembangan program pemasaran untuk memaksimumkan keefektifan bauran pemasaran yang didasarkan pada konsistensi dengan sifat kelas social.



Pangsa pasar kelas social dideskripsikan dengan dua jenis variable :

1.Informasi profil umum

2.Informasi spesifikasi produk

Analisis pangsa pasar berdasarkan profil sosioekonomi memungkinkan seseorang  pemasar mengembangkan program pemasaran yang komprehensif agar cocok dengan karakteristik sosioekonomi dari target pasar. Ini akan mencakupi sifat produk, strategi media, strategi kreatif, saluran distribusi, dn penetapan harga.













Sumber :



http://4key.blogspot.com/2009/12/geodemografi-merupakan-sebuah-kombinasi.html

http://boetarboetarzz.blogspot.com/2013/01/kelas-sosial.html

PERILAKU KONSUMEN (MINGGU10) - DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN



I. KELOMPOK RUJUKAN

Definisi kelompok menurut Homans (1950) ialah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyka,sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.

Kelompok rujukan (Reference Group) atau kelompok acuan adalah kumpulan individu yang secara nyata bergabung dengan tujuan mempengaruhi perilaku seseorang secara langsung atau tidak langsung. Dengan kata lain kelompok rujukan dapat dikatakan sebagai sumber pengambilan keputusan seseorang sebagai perbandingan dalam membentuk nilai dan sikap seseorang.

II. KELUARGA DAN STUDI PERILAKU KONSUMEN

Studi tentang keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga. 

Haverty mengidentifikasikan variabel utama yang terlibat didalam analisis seperti ini :
A.     Fungsi Produksi Rumah Tangga
B.     Stok (Sumber Daya) Rumah Tangga
C.     Variabel Eksogen atau yang Ditetapkan Sebelumnya

Walaupun rumah tangga dan keluarga kadang digunakan secara dapat dipertukarkan sewaktu menganalisis bagaimana keputusan pembelian diambil, adalah penting untuk membedakan antara kedua ini sewaktu memeriksa data. Rumah tangga menjadi unit yang analisis yang lebih penting bagi pemasar karena pertumuhan yang pesat di dalam keluarga trdisional dan rumah tangga nonkeluarga. Di antara rumah tangga nonkeluarga,mayoritas besar terdiri dari orang-orang yang hidup sendiri.
Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan konsumsi adalah penting, tetapi kerap diabaikan dalam analisis perilaku konsumen. Pentingnya keluarga timbul karena dua alasan :

·         BANYAK PRODUK YANG DIBELI OLEH KONSUMEN GANDA YANG BERTINDAK SEBAGAI UNIT KELUARGA.
Rumah adalah contoh produk yang dibeli oleh kedua pasangan, mungkin dengan melibatkan anak, kakek-nenek, atau anggota lain dari keluarga besar. Mobil biasanya dibeli oleh keluarga, dengan kedua pasangan dan kerap anak remaja mereka terlibat dalam berbagai tahap keputusan. Bentuk favorit dari kegiatan waktu senggang bagi banyak keluarga adalah berkunjung ke pusat perbelanjaan setempat. Kunjungan tersebut kerap melibatkan banyak anggota keluarga yang membeli berbagai barang rumah tangga, busana, dan bahan makanan.

·         KETIKA PEMBELIAN DIBUAT OLEH INDIVIDU, KEPUTUSAN PEMBELIAN INDIVIDU BERSANGKUTAN MUNGKIN SANGAT DIPENGARUHI OLEH ANGGOTA LAIN. DALAM KELUARGANYA.
Orang yang bertanggung jawab untuk pembelian dan persiapan makanan keluarga mungkin bertindak sebagai individu di pasar swalayan, tetapi dipengaruhi oleh preferensi dan kekuasaan anggota lain dalam keluarga. Konsumen tersebut mungkin menyukai makanan dan kegiatan waktu senggang yang sama, dan mengemudikan merek mobil yang sama dengan anggota yang lain dalam keluarga. Pengaruh keluarga dalam keputusan konsumen tersebut benar-benar meresap.

III.          III.  VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN
  1. Variable sosiologis yang mempengaruhi keluarga. Bagaimana keluarga mengambil keputusan dapat dimengerti denganlebih baik dengan mempertimbangkan dimensi sosilogis seperti kohesi, kemamampuan beradaptasi dan komunikasi.
  2. Keputusan pembelian keluarga. Keluarga adalah “pusat pembelian” yang merefleksiakan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan.
  3. Peran individu dalam pembelian keluarga. Kebutuhan konsumsi keluarga melibatkan setidaknya peranan yang dapat didefinisikan. Peran-peran ini mungkin dipegang oleh suami , istri, anak, atau anggota lain dalm rumah tangga.
  • Penjaga pintu: inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian produk.
  • Pemberi pengaruh (influencer ) : individu yang opininya dicari dalam pembelian produk.
  • Pengambil keputusan  (decider) : orang yang mempunyai wewenang/kekuasaan keuangan.
  • Pembeli (buyer) : orang bertindak sebagai agan pembeli
  • Pemakai (user) : orang yang mengguanakan produk
       4. Perilaku peran. Peran instrumental, yang digunakan sebagai peran fungsional atau ekonomi, melibatkan aspek keluarga, kerakter performansi, dan sifat “fungsional” lain seperti  kondisi pembelian.
  1. Peran pasangan hidup dalam keputusan pembelian. Keputusan konsumsi dipengaruhi oleh jenis keluarga dimana individu menjadi anggota.
  2. perbedaan jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin walaupun ada gerakan menjauh dari mendominasi peranjenis kelamin, masih ada beberapa produk dan dalam beberapa situasi.

Tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :

Budget Allocation  (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.

Product Purchase or Not  (Membeli produk atau tidak)
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.

Store Patronage  (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian.

Brand and Style Decision  (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.

IV.        IV. SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA DAN PERILAKU PEMBELIAN

Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan keluarga. Siklus hidup keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga, umur anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga.

Siklus Keluarga Menurut Duval (Niacholas 1984) ada siklus perkembangan keluarga
1.      Tahap I, Keluarga pemula (pasangan pada tahap pernikahan)
2.      Tahap II,Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi-30 bln).
3.      Tahap III, Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berusia 2-6 tahun).
4.      Tahap IV, Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6-13 tahun)
5.      Tahap V, Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13-20 tahun).
6.      Tahap VI, Keluarga melepas anak usia dewasa muda (anak yang meninggalkan rumah).
7.      Tahap VII, Orangtua usia pertengahan (pensiunan).
8.      Tahap VIII, Keluarga dalam masa pensiun dan lansia.

Siklus Kehidupan keluarga
Menurt neightbor (1985) tahapan tugas dan masalah – masalah yang menjadi isu penting dalam setap tahapan siklus kehidupan keluraga sbb:
1.      Tahap perkawinan : pada tahap ini masing – masing mempunyai tugas untuk menyatu, menyelaraskan dan saling mengenal serta memahami pribadi masing – masing untuk bersama – sama membangun keluaraga.
2.      Tahap Melahirkan anak : Pada tahap ini anak lahir dan tugas utama adalah bagaimana menciptakan suasana dan peran dengan adanya kehadiran anak.pada tahap ini bagaimana dapat salingh berbagi dengan adanya kehadiran anak, mengatur kembali peran           masing -  masing, mana yang menjadi tugas suami dan mana yang menjdi tugas istri mengasuh anak
3.      Tahap membesarkan anak- anak memasuki sekolah dasar : pada tahap ini tugas utamnya adalah emngasuh dan mendidik anak – anak. Pada tahap ini tentang menyediakan lingkungan yang aman untukpertumbuhan anak – anak, bagaimana menjdai orang tua yang baik, keterlibatan dengan masyarakat, waktu yang lebih banyak untuk mencurahkan kepada anak -anak,terutama untuk ibu dan bagaimana memberikan perhatian dan mengasuh yang adil diantara anak -anak.
4.      Membesarkan anak -anak usia remaja : pada tahap ini orang tua mempunyai tugas penting dalam mengatur batasan – batasan yang boleh dan yang tidak boleh. Neighbour memberikan istilah orang tua melakukan “boundary testing”. Isu yang penting tahap ini adalah tari – meneraik antara mengendalikan dan memberikan kebebasan kepada remaja, berusaha untuk mempunyai pengaruh karena adanya pembrontakan pada anak, masalah individualisasi dan keinginan anak mulai dilepaskan
5.      keluarga mulai melepaskan anak –anak : Pada tahap ini anak – anak mulai menikah dan orang tua mulai akan ditinggalkan anak -anak.tugas orang tua adalah mempersiapkan anak -anaknya siap untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. Perubahan trasnsisi peran yang dilakukan setelah anak -anak tinggal di rumah dengan peran anatara       ketika anak -anak berkeluaraga sendiri. Orang tua merasa an perlu penyesuaian antara suami istri dengan kondisi baru.
6.      Tahap – tahap pertengahan : pada tahap ini suami istri berusaha untuk melakukan evaluasi diri dan menilai kembali peran dan apa yang dilakukan masing – masing. Timbulnya krisis tengah baya, p[erasaan puas atau sebaliknya munculnya kekecewaan, menerima keterbatasan, perubahan citra diri, antisipasi terhadap mas apensiun atau bahkan mulai ditinggalkan oelh oarang tua karena meninggal
7.      Usia tua : Pada tahap ini tugas yang dilakukan adalah menghadapi kematian.isu-isu penting timbul adalh munculnya penyakit tua, mulai mendekat.

V.         V.  SIKLUS HIDUP KELUARGA MODEL TRADISIONAL

Siklus hidup keluarga model tradisional yaitu pergerakan tahap yang sebagian besar keluarga lewati, dimulai dari belum menikah (bujangan), menikah, pertumbuhan keluarga, penyusutan keluarga, dan diakhiri dengan putusnya unit dasar. Tahapan dari FLC model tradisional adalah:

- Tahap I: Bachelor
Pemuda/i single dewasa yang hidup berpisah dengan orang tua.
- Tahap II: Honeymooners
Pasangan muda yang baru menikah.
- Tahap III: Parenthood
Pasangan yang sudah menikah setidaknya ada satu anak yang tinggal hidup bersama.
- Tahap IV: Postparenthood
Sebuah pasangan menikah yang sudah tua dimana tidak ada anak yang tinggal hidup bersama.
- Tahap V: Dissolution
Salah satu pasangan sudah meninggal.

VI.        VI. STRUKTUR KELUARGA DAN RUMAH TANGGA YANG BERUBAH
Secara umum saat ini di era globalisasi dan modernisasi kondisi keluarga atau struktur keluarga yang berhubungan denga peran mulai berubah karena masyarakat saat ini makin kompleks. Hal ini  dipengaruhi oleh beberapa sebab ,antara lain :
  1. Pergeseran dari extended family menjadi nuclear family karena anggotanya semakin menurun.
  2. Single parent meningkat karena adanya perceraian
  3. Orang tau tanpa menikah meningkat karena kumpul kebo.
  4. Rumah tangga yang sendiri atau mandiri meningkat.
  5. Adanya pekerjaan perempuan di luar keluarga sehingga pembagian kerja dalam rumah tangga berubah
  6. Status perceraian relatif biasa.
  VII. METODOLOGI PENELITIAN UNTUK STUDI TENTANG KEPUTUSAN KELUARGA

Metodologi yang digunakan untuk meneliti studi tentang keputusan keluaraga hampir sama dengan penelitian yang lain. Seperti dibawah ini ;
1.     Kerangka Proses-Keputusan.
2.    Kategori Sturktur-Peran. 
3.    Bias Pewawancara. 
4.    Seleksi Responden

  VIII. IMPLIKASI BAGI STUDI PERILAKU KONSUMEN

American Marketing Association yang terdapat pada buku karangan Peter dan Olson (1999, hlm. 6), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.” Paling tidak ada tiga ide penting dalam pengertian di atas, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis; hal tersebut melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar; serta hal tersebut melibatkan pertukaran.

Pertama, definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis. Ini berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu (Peter dan Olson, 1999, hlm.6).

Hal kedua yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen di atas adalah keterlibatan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku) dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen (Peter dan Olson, 1999, hlm.8).

Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen di atas adalah pertukaran di antara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan akan pentingnya pertukaran. Kenyataannya, peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan stategi pemasaran (Peter dan Olson, 1999, hlm.9).





SUMBER :
http://yurisadewi.blogspot.com/2012/12/perilaku-konsumen-pengaruh-keluarga-dan.html
http://andinicliquers.wordpress.com/2010/11/03/pengaruh-rumah-tangga-dan-keluarga-dalam-perilaku-konsumen/
http://adityadarmawan92.wordpress.com/2013/01/17/siklus-hidup-keluarga/