RSS

TULISAN 2 - METODE ILMIAH



Metode ilmiah diperlukan dalam melakukan suatu penelitian. Mengapa kita harus melakukan penelitian ? Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu manusia terhadap suatu kejadian atau gejala alam tertentu. Ilmu pengetahuan terus berkembang karena para ilmuan tak berhenti mencari tahu dan meneliti mengenai gejala-gejala alam yang terjadi.


Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang dengan sendirinya akan tetapi dapat berkembang jika adanya suatu metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan jalan menemukan fakta-fakta secara ilmiah tana adanya rekayasa di dalamnya dan memberikan penafsirannya yang benar, serta dengan adanya metode ilmiah yang dilakukan bertujuan untuk memperbarui ilmu pengetahuan yang sudah ada. Metode ilmiah sendiri dalam memperoleh kebenaran dala ilmu pengetahuan dibangun diatas teori tertentu.


Rumusan langkah-langkah metode ilmiah yang biasa dilakukan para ilmuwan dalam memecahkan masalah adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap lingkungan sekitar untuk menentukan objek yang paling tepat untuk penelitian.
b. Menentukan dan Merumuskan Masalah
Perumusan masalah dilakukan setelah melakukan observasi. Perumusan masalah digunakan untuk membatasi objek penelitian yang akan dilaksanakan. Rumusan masalah diwakili oleh pertanyaan-pertanyaan tentang objek penelitian.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah-masalah yang sudah dirumuskan.
d. Merancang Eksperimen
Eksperimen adalah percobaan yang dilakukan untuk menguji hipotesis yang ada. Sebelum eksperimen dilakukan, terlebih dahulu harus ada perencanaan/rancangan penelitian.Dalam perencanaan penelitian meliputi metode eksperimen yang akan digunakan, alat, bahan, teknik analisis data yang akan digunakan dalam eksperimen hingga mendapatkan hasil yang akurat.
e. Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dapat berjalan baik, bila perancangan eksperimen sudah matang.Pelaksanaan eksperimen adalah proses penelitian yang akan menghasilkan data-data eksperimen yang akan dianalisis untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang sudah dirumuskan.
f. Pelaporan Penelitian
Diakhir penelitian akan dirumuskan suatu kesimpulan yang menjadi konsep/teori. Secara keseluruhan pelaporan penelitian berisi tentang rumusan masalah hingga hasil akhir (kesimpulan) dari proses penelitian. Pengkomunikasian hasil penelitian dapat dilakukan secara tertulis dan lisan, dalam bentuk penyampaian data-data hasil penelitian, analisis hasil penelitian dan kesimpulan yang dirumuskan untuk menjawab rumusan masalah yang ada.


Kriteria Metode Ilmiah

1. Berdasarkan Fakta
Semua keterangan dan penjelasan yang ingin diperoleh dalam penelitian untuk keperluan analisis haruslah berdasarkan data-data di lapangan yang orisinil atau asli serta fakta-fakta yang nyata. Tidak diperkenankan sama sekali keterangan dan penjelasan yang didapat adalah berdasarkan perkiraan, mitos, kemungkinan-kemungkinan dan sebagainya. Bila hal ini dilakukan maka hasilnya tentunya bukan lagi sebuah kebenaran ilmiah, dan tentu saja cara yang seperti ini juga bukan merupakan suatu cara yang dapat disebut dengan metode ilmiah.
2. Tidak ada prasangka
Cara yang ditempuh untuk mencari kebenaran atau pengetahuan harus bersifat bebas dari adanya prasangka di dalamnya. Semua pertimbangan harus dilakukan dengan pikiran jernih tanpa ada pertimbangan yang subyektif. Pembuktian dan pengambilan kesimpulan harus didasarkan pada fakta dan penjelasan atau bukti yang nyata dan objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya, menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.
3. Terdapat analisis
Semua data dan fakta yang telah diperoleh harus diberi penjelasan yang kuat dan memedai, tidak cukup hanya diberikan deskripsi atau gambaran singkat saja, agar mudah dipahami dan member manfaat atau makna serta berkontribusi terhadap pengembangan pengetahuan. Semua data, fakta atau fenomena harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya menggunakan analisis yang logis, padat, cermat dan tajam. Sebagai contoh apabila ada seorang peneliti yang melakukan penelitian dengan membandingkan kemampuan suatu bakteri dalam menghidrolisis suatu senyawa pada lingkungan dengan suhu berbeda, dan didapatkan pada suhu lebih tinggi kemampuannya lebih optimal, maka tidak cukup bagi peneliti tersebut apabila hanya menampilkan suatu grafik yang menunjukan bahwa pada suhu tinggi hasil reaksi hidrolisis lebih banyak. Sebagai penelitian yang harus memenuhi criteria metode ilmiah, maka peneliti tersebut harus menganalisis fenomena tersebut dengan tajam.
4. Terdapat hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang akan diteliti. Dengan adanya hipotesis ini peneliti dituntut dalam proses berpikir secara analisis. Semua yang akan dilakukan menggunakan tuntuunan hipotesis tersebut. Tidak berarti dan tidak selalu bahwa hipotesis selalu benar dan sesuai dengan data fakta di akhir penelitian nanntinya. Namun justru dengan itulah peneliti mempunyai panduan agar sampai kea rah sasaran dan tujuan yang tepat.
5. Objektif
Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
6. Menggunakan teknik kuantitatifikasi
Dalam perlakuan terhadap data yang diperoleh terutama angka-angka dari suatu harga yang mempunyai besaran tertentu harus mempergunakan ukuran-ukuran kuantitatif yang telah lazim, seperti misalnya derajat Celcius untuk ukuran atau satuan temperature. Dalam laporan atau penulisan ukuaran atau satuan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan singkatan yang telah lazim, misalnya kg untuk kilogram dan sebagainya. Ukuran-ukuran yang tidak terkuantifikasi harus dihindari, seperti misalnya, sejauh mata memandang untuk ukuran jarak dan sebagainya.


Klasifikasi Penelitian menurut Tujuan:

1. Penelitian Dasar (Basic Research) : ialah penelitian yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Penelitian Terapan (Applied Research) : merupakan penelitian yang menyangkut aplikasi teori untuk memecahkan permasalahan tertentu.
3. Penelitian Evaluasi (Evaluation Research) : adalah penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau lebih alternatif tindakan.
4. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) : merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang lebih tinggi.
5. Penelitian Tindakan (Action Research) : adalah penelitian yang dilakukan untuk segera dipergunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah yang ada.

Klasifikasi Penelitian menurut Metode:

1. Penelitian Survey : ialah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.
2. Penelitian Ex Post Facto : adalah suatu penelitian untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Misalnya : penelitian untuk mengungkapkan sebab-sebab terjadinya kebakaran pabrik sepatu.
3. Penelitian Sejarah (Historical Research): adalah penelitian yang berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu.





Daftar pustaka :

Burhanuddin, Afid. 2013. “Hakikat Metode Ilmiah”. Dalam http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/hakikat-metode-ilmiah/.

Maryanti, Sri. 2011. “Metode Ilmiah”. Dalam http://marmoet5.blogspot.com/2011/02/metode-ilmiah.html.  

TULISAN 1 - PENALARAN

KONSEP PENALARAN

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

KONSEP ILMIAH

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) menjelaskan bahwa Ilmiah adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ada 4 Persyaratan Ilmiah, yakni:
1. Obyektif, Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya.
2.  Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis, Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.


PENGERTIAN KARYA ILMIAH ATAU PENULISAN ILMIAH 

bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
 

Ada berbagai jenis, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.


Penulisan ilmiah mengemukakan dan membahas fakta secara logis dan sistematis dengan bahasa yang baik dan benar, ini berarti bahwa untuk menulis penulisan ilmiah diperlukan kemapuan menalar secara ilmiah.






Daftar pustaka

Lidia. 2012. “Penalaran Penulisan Ilmiah”. Dalam http://dya08webmaster.blog.com/2012/03/30/penalaran-dalam-penulisan-ilmia.
Nurani sari, Dede. 2013. ”Penalaran dalam Proses Berbahasa”. Dalam http://nuranisari.blogspot.com/2013/03/penalaran-dalam-proses-berbahasa.html.
Susilawati, Nur. 2013. “Penalaran Induktif, Tulisan Ilmiah dan Karangan Ilmiah”. Dalam http://nursusilawati23.blogspot.com/2013/01/penalaran-induktif-tulisan-ilmiah-dan.html.


TUGAS 2 - METODE ILMIAH



METODE ILMIAH


Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang artinya  cara  atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.


Penelitian atau juga bisa disebut research yang berasal dari kata re dan to search adalah mencari kembali karena sebelumnya sudah ada ( meneliti kembali atau menyimpulkan kembali) yang sebelumnya ada prosenya yang tujuan untuk mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan tertentu.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu atau cara dalam mendapatkan suatu tujuan atau dalam membuktikan suatu kebenaran yang lebih mengarah pada cara ilmiah.


SIKAP ILMIAH 


Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan


Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan.


Enam macam sikap ilmiah menurut Prof Harsojo :

        1.  Obyektivitas , dalam peninjauan yang penting adalah obyeknya

        2.  Sikap serba relatif , ilmu tidak mempunyai maksud mencari kebenaran mutlak ilmu berdasarkan kebenaran-kebenaran ilmiah atas beberapa postulat, secara priori telah diterima sebagai suatu kebenaran. Malahan teori-teori dalam ilmu sering untuk mematahkan teori yang lain

        3. Sikap skeptis, adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya

        4. Kesabaran intelektual , sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah pada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah , karena memang belum selesainya dan cukup lengkapnya hasil dari penelitian , adalah sikap seorang ilmuwan

        5. Kesederhanaan, adalah sikap cara berfikir, menyatakan, dan membuktikan

        6.  Sikap tidak memihak pada etik



Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah dan merupakan ciri-ciri sikap Ilmiah, antara lain :


a. Sikap ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera  sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
b. Sikap kritis :  Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan;  Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
c. Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
d. Sikap ingin menemukan :  Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
e. Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
f. Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.






Daftar pustaka :

Burhanuddin, Afid. 2013. “Hakikat Metode Ilmiah”. Dalam http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/hakikat-metode-ilmiah/.

Anggraeni, Juhantika. 2012. “Sikap Ilmiah”. Dalam http://juhantika.blogspot.com/2012/10/sikap-ilmiah.html.

Kealaman. 2012. “Metode Ilmiah”. Dalam http://kealaman.wordpress.com/2012/10/25/metode-ilmiah/.

TUGAS 1 - PENALARAN


Penalaran adalah proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua proses penalaran itu.

Ciri-ciri Penalaran :
      1.  Adanya suatu pola berpikir yang luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
      2.  Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.

Penalaran Induktif
Penalaran Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
      - Contoh : Suatu lembaga kanker di Amerika melakukan studi tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kematian. Antara tanggal 1 Januari dan 31 Mei 1952 terdaftar 187.783 laki-laki yang berumur antara 50 sampai dengan 69 tahun. Kepada mereka dikemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan merokok mereka pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya keadaan mereka diikuti terus menerus selama 44 bulan. Berdasarkan surat kematian dan keterangan medis tentang penyebab kematiannya, diperoleh data bahwa diantara 11.870 kematian yang dilaporkan 2.249 disebabkan kanker. Dari seluruh jumlah kematian yang terjadi (baik pada yang merokok maupun yang tidak) ternyata angka kematian di kalangan pengisap rokok tetap jauh lebih tinggi daripada yang tidak pernah merokok, sedangkan jumlah kematian pengisap pipa dan cerutu tidak banyak berbeda dengan jumlah kematian yang tidak pernah merokok. Dari bukti-bukti yang terkumpul dapatlah dikemukakan bahwa asap tembakau memberikan pengaruh yang buruk dan memperpendek umumr manusia. Cara yang paling sederhana untuk menghindari kemungkinan itu ialah dengan tidak merokok sama sekali.

Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual ( khusus ) menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Macam – macam generalisasi :
1     - Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
     Contohnya setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi kemudian disimpulkan bahwa : Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31. Dari penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan. Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.
2    - Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Contohnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka gotong royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.

Analogi
Analogi adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan /referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensisal penting yang bersamaan.
Tujuan dari penalaran secara analogi yakni ;
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.

      - Contohnya : Bagaikan badai mengamuk, memorakporandakan segala sesuatu yang ditemui. Rumah-rumah berantakan, pohon-pohon bertumbangan tiada bersisa. Tinggallah akhirnya dataran yang luas dan sunyi dengan puing-puing gedung dan pohon-pohon yang tumbang. Demikianlah penderitaan telah membuatnya hancur luluh tanpa ampun. Rasanya tak ada lagi yang tersisa, kecuali badan yang hampa rasa, tanpa citra, cipta, dan karya.

Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
1) Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.
2) Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.
3) Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.

      - Contohnya : Kemarin Budi tidak dapat mengerjakan soal ujian. Hari ini pengumuman nilai ujian dan budi mendaptkan nilai jelek. Karena itu, Budi pasti tidak belajar.

Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah Cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
      Contohnya : Pada pagi hari lalu lintas di Jakarta macet dikarenakan terlalu banyak kendaraan yang menuju daerah Jakarta dan semakin banyaknya para pegawai yang bekerja dijakarta memakai kendaraan pribadi.

Premis
Premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.Kemudian premis dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
Contohnya : Semua Tanaman membutuhkan air. Akasia adalah tanaman. Akasia membutuhkan air. 

Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi ( pernyataan ) dan sebuah konklusi ( kesimpulan ).
Contohnya : Barang siapa melanggar peraturan harus dihukum. Ia melanggar peraturan. Ia harus dihukum.

Entimem
Entimem adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme. Tetapi di dalam entimem premisnya dihilangkan / tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
     Contohnya : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari. Pada malam hari tidak ada matahari. Pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.

Proposisi
Proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi merupakan suatu kegiatan rohani baik menyuguhkan atau mengingkari.
     Contohnya : Proposisi yang menyuguhkan “Semua orang Negro hitam” dan proposisi yang mengingkarinya “Semua orang Negro tidak hitam”.

Term
Term adalah suatu kata atau kelompok kata yang menempati subjek (S) dan predikat (P). Tidak semua kata adalah term , meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata pada dirinya sendiri merupakan ekspresi verbal dari pengertian, dan bahwa tidak semua kata pada dirinya sendiri sebagai subyek atau predikat didalam suatu proposisi.
     Contohnya : Orangtua asuh, Pecinta Alam. Binatang
    
        KESALAHAN PENALARAN
      salah nalar dapat terjadi didalam berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi  karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. salah nalar lebih dari kesalahan  karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi. salah penalaran ada dua  macam :
           1. salah nalar Induktif 
         a. kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
         b. kesalahan penilaian hubungan sebab akibat
         c.  kesalahan Analogi
           2. kesalahan dedukatif dapat disebabkan karena
         a. kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
         b. kesalahan karena adanya term keempat
         c. kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/ tidak dibatasi
         d. kesalahan karena adanya 2 premis negatif


Daftar Pustaka :
Agustina, Kartika. 2013. “Pengertian Penalaran”. Dalam http://kartikagustina.blogspot.com/2013/04/pengertian-penalaran.html.
Frianka, Herty. 2013. “Teori Penalaran”. Dalam http://hertynfrianka.blogspot.com/2013/03/teori-penalaran_22.html.
Sharaarawy, Nicky. 2013. “Teori Penalaran”. Dalam http://nickyshaarawy.blogspot.com/2013/03/teori-penalaran.html.