Terjun penuh ke
dunia balap mobil, menurut Rio, tak hanya menjadi pelajaran berharga bagi
dirinya, tetapi juga bagi pembalap yang lebih muda. Kuncinya, berlatih,
disiplin, dan jangan lekas menyerah. Ia pernah mengalami keputusasaan lantaran
tidak mendapat sponsor. Peluang untuk mengembangkan diri di luar negeri kecil
sekali. Namun, seiring prestasi yang diraih, akhirnya sponsor datang sendiri.
Tantangan lain
berupa kesiapan mental. Kala pertama kali turun di ajang GP3, misalnya, Rio
sempat dipandang remeh pembalap lain dari Eropa. Ia memang memerlukan lebih
banyak adaptasi dengan sirkuit Eropa dan karakter pembalapnya. “Pada balapan
pertama di Barcelona, saya benar-benar kesulitan untuk memperoleh hasil lomba
yang optimal. Tapi dengan usaha keras, di seri selanjutnya saya bisa tampil
sebagai juara 1,” kisah Rio.
Di arena GP2
tantangannya lain lagi. Rata-rata pembalap di ajang itu usianya dua-tiga tahun
lebih tua dari Rio. Ini bisa berarti mereka lebih matang. Dinamika kompetisinya
pun sejak awal lebih ketat.
Memilih balap
mobil sebagai profesi dan hidup dari arena ke arena membentuk pandangannya soal
karier, “Buat saya, ini adalah my work,
dan mobil adalah kantornya.”
Tak abai dengan pendidikan
Rio menjalani
profesinya dengan latihan 4-5 kali seminggu dengan menu beragam. Selain
mendalami teknik balap, ia juga melakukan latihan fisik untuk meningkatkan
stamina dengan fitness,
renang, lari, dan bersepeda. Obsesinya tak hanya tampil di F1, tapi
menjuarainya.
Sadar bahwa
pendidikan tak bisa ditinggalkan, Rio kini juga tengah memulai kuliah di
Singapura. “Pasti ada hambatan karena saya harus menjalani jadwal yang sangat
padat,” katanya. “Tetapi saya selalu berusaha untuk tidak meninggalkan
pendidikan, karena ini adalah bekal untuk masa mendatang,” tambah pengagum
pembalap mendiang Ayrton Senna ini.
Rio menyangkal
anggapan awam bahwa pembalap biasa hidup mewah. Menurut dia, tidak semua pembalap
berpenampilan serba mewah dan mahal. Yang mereka lakukan justru berlatih setiap
hari, berdiskusi dengan tim, dan sebagainya. “Ya, banyak sekali hal serius yang
menuntut kesungguhan dan nyali besar,” tegasnya.
Di luar
kesibukannya berlomba, Rio suka pergi ke tempat-tempat bernuansa alamiah.
Biasanya, ia pergi ke pantai. Rio sadar, sebagai pembalap ia mendapat banyak
tekanan. “Menjadi pembalap itu risikonya tinggi, biayanya juga tinggi.” Oleh
karena itu, ia selalu butuh tempat yang hening dan jauh dari keramaian agar
bisa santai dan menenangkan diri.
Prestasi
gemilang yang diraih oleh pembalap nasional yang satu ini sudah nggak perlu
diragukan lagi. Di samping kesuksesannya itu, Rio Haryanto juga melakukan
kegiatan-kegiatan positif, di antaranya adalah menjadi Duta Nasional
Anti-Narkoba dan Duta Komodo.
Gaya hidup sehat yang diterapkan penggemar laut ini membawanya dinobatkan sebagai Duta Nasional Anti-Narkoba tahun 2009. Dia satu-satunya olahragawan yang memperoleh predikat tersebut. Predikat ini pun nggak sembarangan diberikan, karena Rio memang bersih dari narkoba dan sudah terbiasa hidup sehat sejak usianya masih 9 tahun. Mengenai apa saja kegiatan sebagai Duta Nasional Anti-Narkoba, cowok yang tinggal di Singapura ini mengaku, “Ada beberapa kegiatan yang saya jalani, seperti memberikan motivasi pada para anak muda Indonesia untuk tidak menggunakan narkoba. Narkoba itu hanya bisa membahayakan diri kita, keluarga, lingkungan, bahkan negara kita.”
Setelah sukses berkegiatan sebagai Duta Nasional Anti-Narkoba, cowok kalem ini kembali mendapat penobatan, yaitu sebagai Duta Komodo. Predikat ini diberikan tahun 2010 yang dijadikan sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye Taman Nasional Komodo. “Untuk Duta Komodo, saya mempromosikan Taman Nasioanl Komodo di dalam negeri. Selain itu, sayang juga mempromosikannya kepada teman-teman saya yang tinggal di luar negeri,”
Gaya hidup sehat yang diterapkan penggemar laut ini membawanya dinobatkan sebagai Duta Nasional Anti-Narkoba tahun 2009. Dia satu-satunya olahragawan yang memperoleh predikat tersebut. Predikat ini pun nggak sembarangan diberikan, karena Rio memang bersih dari narkoba dan sudah terbiasa hidup sehat sejak usianya masih 9 tahun. Mengenai apa saja kegiatan sebagai Duta Nasional Anti-Narkoba, cowok yang tinggal di Singapura ini mengaku, “Ada beberapa kegiatan yang saya jalani, seperti memberikan motivasi pada para anak muda Indonesia untuk tidak menggunakan narkoba. Narkoba itu hanya bisa membahayakan diri kita, keluarga, lingkungan, bahkan negara kita.”
Setelah sukses berkegiatan sebagai Duta Nasional Anti-Narkoba, cowok kalem ini kembali mendapat penobatan, yaitu sebagai Duta Komodo. Predikat ini diberikan tahun 2010 yang dijadikan sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye Taman Nasional Komodo. “Untuk Duta Komodo, saya mempromosikan Taman Nasioanl Komodo di dalam negeri. Selain itu, sayang juga mempromosikannya kepada teman-teman saya yang tinggal di luar negeri,”
Sumber
Gadis.co.id dan intisari-online.com
0 komentar:
Posting Komentar